Rabu, 20 Mei 2009

Sectio Cesarea

  1. Anatomi Fisiologi

Anatomi fungsional yang dibahas pada kasus operasi sectio caesarea terdiri dari anatomi dinding perut dan otot dasar panggul.

a. Anatomi dinding perut

Dinding perut dibentuk oleh otot-otot perut dimana disebelah atas dibatasi oleh angulus infrasternalis dan di sebelah bawah dibatasi oleh krista iliaka, sulkus pubikus dan sulkus inguinalis.

Otot-otot dinding perut tersebut terdiri dari otot-otot dinding perut bagian depan, bagian lateral dan bagian belakang.

1) Otot rectus abdominis

Terletak pada permukaan abdomen menutupi linea alba, bagian depan tertutup vagina dan bagian belakang terletak di atas kartilago kostalis 6-8. origo pada permukaan anterior kartilago kostalis 5-7, prosesus xyphoideus dan ligamen xyphoideum. Serabut menuju tuberkulum pubikum dan simpisis ossis pubis. Insertio pada ramus inferior ossis pubis. Fungsi dari otot ini untuk flexi trunk, mengangkat pelvis.

2) Otot piramidalis

Terletak di bagian tengah di atas simpisis ossis pubis, di depan otot rectus abdominis. Origo pada bagian anterior ramus superior ossis pubis dan simpisis ossis pubis. Insertio terletak pada linea alba. Fungsinya untuk meregangkan linea alba.

3) Otot transversus abdominis

Otot ini berupa tendon menuju linea alba dan bagian inferior vagina musculi recti abdominis. Origo pada permukaan kartilago kostalis 7-12. insertio pada fascia lumbo dorsalis, labium internum Krista iliaka, 2/3 lateral ligamen inguinale. Berupa tendon menuju linea alba dan bagian inferior vagina muskuli recti abdominis. Fungsi dari otot ini menekan perut, menegangkan dan menarik dinding perut.

4) Otot obligus eksternus abdominis

Letaknya yaitu pada bagian lateral abdomen tepatnya di sebelah inferior thoraks. Origonya yaitu pada permukaan luas kosta 5-12 dan insertionya pada vagina musculi recti abdominis. Fungsi dari otot ini adalah rotasi thoraks ke sisi yang berlawanan.

5) Otot obligus internus abdominis

Otot ini terletak pada anterior dan lateral abdomen, dan tertutup oleh otot obligus eksternus abdominis. Origo terletak pada permukaan posterior fascia lumbodorsalis, linea intermedia krista iliaka, 2/3 ligamen inguinale insertio pada kartilago kostalis 8-10 untuk serabut ke arah supero medial. Fungsi dari otot ini untuk rotasi thoraks ke sisi yang sama.

b. Otot dasar panggul

Otot dasar panggul terdiri dari diagfragma pelvis dan diagfragma urogenital. Diagfragma pelvis adalah otot dasar panggul bagian dalam yang terdiri dari otot levator ani, otot pubokoksigeus, iliokoksigeus, dan ischiokoksigeus. Sedangkan diafragma urogenetik dibentuk oleh aponeurosis otot transverses perinea profunda dan mabdor spincter ani eksternus. Fungsi dari otot-otot tersebut adalah levator ani untuk menahan rectum dan vagina turun ke bawah, otot spincter ani eksternus diperkuat oleh otot mabdor ani untuk menutup anus dan otot pubokavernosus untuk mengecilkan introitus vagina.

  1. Definisi

Sectio caesar adalah lahirnya janin, plasenta dan selaput ketuban melalui irisan yang dibuat pada dinding perut dan rahim.

Secsio sesarea adalah pebedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim. Salah satu teknik pembedahan secsio sesarea adalah secsio sesarea transperitonialis profunda yaitu pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen bawah rahim.

(Kapita selekta, 1999)

  1. Klasifikasi

a. Sectio caesarea abdominalis

1) Sectio caesarea transperitonealis

Sectio caesarea klasik atau korporal dengan incisi memanjang pada korpus uteri dan sectio caesarea ismika atau profunda dengan incisi pada segmen bawah rahim.

2) Sectio caesarea ekstraperitonealis

Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.

b. Sectio caesarea vaginalis

Anastesi merupakan upaya untuk menghilangkan rasa sakit dan nyeri pada waktu menjalani operasi. Teknik anastesi yang akan dibahas pada kasus sectio caesarea disini yaitu anastesi regional. Pada pembiusan regional, ibu yang menjalani persalinan tetap dalam keadaan sadar sebab yang mati rasa hanyalah saraf-saraf di bagian perut termasuk rahimnya. Pembiusan regional yang digunakan untuk operasi caesarea pada persalinan diantaranya adalah bius epidural, spinal dan kelamin. Jenis pembiusan ini dilakukan dengan memberi obat pemati rasa ke daerah tulang belakang, mengakibatkan sebatas panggul ke bawah mati rasa, tetapi ibu masih sadar selama proses pembedahan berlangsung

  1. Indikasi
    1. panggul sempit absolut, dimana panggul ibu memiliki ukuran lebih sempit dibanding normalnya (diameter diagonalisnya <>
    2. adanya hambatan dalam jalan lahir, misalnya : tumor pada jalan lahir, mioma serviks, kista ovarium pada cavum Douglassi, stenosis vagina atau leher rahim, dll.
    3. plasenta previa yaitu ari-ari yang menutupi jalan lahir, dimana normalnya terletak di dinding rahim.
    4. disporposi sepalo pelvik yaitu ketidaksesuaian antara ukuran panggul ibu dengan kepala bayi, dimana ukuran panggul ibu lebih kecil dibanding kepala bayi.
    5. gawat janin, dimana karena hal-hal tertentu terjadi penurunan kondisi umum bayi hingga ke keadaan darurat janin.
    6. ruptura uteri iminen yaitu suatu keadaan dimana terjadi ruptura (pecahnya) dinding rahim secara tiba-tiba.
    7. kepala bayi lebih besar dari normalnya, misalnya pada bayi hidrosephalus.
    8. ibu hamil menderita hipertensi, herpes genital, atau HIV-AIDS.
    9. tali pusar bayi terputus atau melilit bayi sehingga terjadi gawat janin.
    10. Letak bayi melintang atau sungsang.
    11. Proses persalinan normal berlangsung lama sehingga terjadi kelelahan persalinan atau terjadi kegagalan persalinan normal (dystosia).
    12. punya riwayat sectio caesar sebelumnya, yang sesuai dengan indikasi medis.

  1. Patofisiologi

Pada operasi sectio cesarea transperitonial ini terjadi perlukaan baik pada dinding abdomen (kulit dan otot perut) dan pada dinding uterus. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan dari luka operasi antara lain adalah suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan adanya supply darah yang baik akan berpengaruh terhadap kecepatan proses penyembuhan. Perjalanan proses penyembuhan sebagai berikut : (1) sewaktu incisi (kulit diiris), maka beberapa sel epitel, sel dermis dan jaringan kulit akan mati. Ruang incisi akan diisi oleh gumpalan darah dalam 24 jam pertama akan mengalami reaksi radang mendadak, (2) dalam 2-3 hari kemudian, exudat akan mengalami resolusif proliferasi (pelipatgandaan) fibroblast mulai terjadi, (3) pada hari ke-3-4 gumpalan darah mengalami organisasi, (4) pada hari ke 5 tensile strength (kekuatan untuk mencegah terbuka kembali luka) mulai timbul, yang dapat mencegah terjadi dehiscence (merekah) luka, (5) pada hari ke-7-8, epitelisasi terjadi dan luka akan sembuh. Kecepatan epitelisasi adalah 0,5 mm per hari, berjalan dari tepi luka ke arah tengah atau terjadi dari sisa-sisa epitel dalam dermis, (6) Pada hari ke 14-15, tensile strength hanya 1/5 maksimum, (7) tensile strength mencapai maksimum dalam 6 minggu. Untuk itu pada seseorang dengan riwayat SC dianjurkan untuk tidak hamil pada satu tahun pertama setelah operasi.

Komplikasi yang bisa timbul pada sectio caesarea adalah sebagai berikut : (1) infeksi puerperal yang terdiri dari infeksi ringan dan infeksi berat. Infeksi ringan ditandai dengan kenaikan suhu beberapa hari dalam masa nifas, infeksi yang berat ditandai dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi bisa terjadi sepsis, infeksi ini bisa terjadi karena karena partus lama dan ketuban yang telah pecah terlalu lama, (2) perdarahan bisa terjadi pada waktu pembedahan cabang-cabang atonia uteria ikut terbuka atau karena atonia uteria, (3) terjadi komplikasi lain karena luka kandung kencing, embolisme paru dan deep vein trombosis, (4) terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya

  1. Etiologi

Pada persalinan normal bayi akan keluar melalui vagina, baik dengan alat maupun dengan kekuatan ibu sendiri. Dalam keadaan patologi kemungkinan dilakukan operasi sectio caesarea. Adapun penyebab dilakukan operasi sectio caesarea adalah :

a. Kelainan dalam bentuk janin

1) Bayi terlalu besar

Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayii sulit keluar dari jalan lahir.

2) Ancaman gawat janin

Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang menguntungkan.

3) Janin abnormal

Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetic, dan hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan diputuskannya dilakukan operasi.

4) Bayi kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

b. Kelainan panggul

Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan. Terjadinya kelainan panggul ini dapat disebabkan oleh terjadinya gangguan pertumbuhan dalam rahim (sejak dalam kandungan), mengalami penyakit tulang (terutama tulang belakang), penyakit polio atau mengalami kecelakaan sehingga terjadi kerusakan atau patah panggul.

c. Faktor hambatan jalan lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

  1. Pemeriksaan Diagnostik

- Ultrasonografi : Melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan dan presentasi janin.

- Tes stres kontraksi/ tes non stres :Mengkaji respon janin terhadap gerakan/ stres dari pola kontraksi uterus/ pola abnormal.

- Pemantauan elektronik : Memastikan status janin/ aktivitas uterus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar